Jumat, 06 Mei 2011

KSP ( Kekerasan saat pacaran )




Masa remaja adalah masa yang penuh dengan kesenangan. Masa dimana sebagian besar anak-anak remaja mulai mencari identitas diri. Dalam proses pencarian identitas diri itu, mereka berani melakukan sesuatu yang belum pernah dicoba sebelumnya. seperti rokok, obat-obatan (narkoba), sampai mengenal lawan jenis lewat hubungan khusus yang sering dikenal dengan sebutan pacaran.




Dalam masa pacaran, mereka mulai menunjukan rasa perhatian, peduli, dan sayangnya kepada pasangan mereka masing-masing. Bahkan mereka rela memberikan tubuh mereka untuk menunjukan rasa cinta mereka kepada pasangannya.
Namun dalam kenyataan di lapangan, sering dilihat anak-anak remaja merasa frustasi dan depresi dalam menghadapi pasangan mereka. Yang terlihat adalah anak remaja yang biasanya aktif dan pandai bergaul, tiba-tiba menjadi pendiam dan menarik diri dari lingkungan teman-temannya bahkan dari lingkungan keluarga. Mungkin kita berpikir ada apa dengan mereka? Apakah ada yang salah dengan hubungan pacaran mereka? Apakah mereka mengalami kekerasan dalam pacaran? Bisa jadi..
Apa yang dimaksud dengan kekerasan dalam pacaran? Kekerasan dalam pacaran adalah segala bentuk kekerasan, perilaku mengontrol, dan agresif yang terjadi dalam hubungan pacaran. Perilaku yang bisa digolongkan sebagai kekerasan beragam bentuknya mulai dari tidak memperbolehkan pasangan bergaul dengan orang lain, memaki, cemburu buta, mengancam jika pasangan tidak mau menuruti keinginan pasangannya, memukul, sampai memaksa untuk meraba bagian tubuh tertentu, mencium, dan meminta melakukan hubungan seksual. Jadi kekerasan yang terjadi bisa berupa kekerasan verbal, emosi, fisik, dan/atau seksual.
Mungkin kita bertanya-tanya mengapa anak remaja tersebut tidak mau lepas dari pasangan mereka walaupun mereka sudah tahu bahwa mereka mendapatkan kekerasan dari pasangan mereka? Mengapa mereka begitu terikat dan tidak bisa lepas dari pasangannya? Ada beberapa point yang menyebabkan mereka tidak bisa lepas dari pelaku kekerasan:
1. Anak merasa sayang dan cinta dengan pasangannya
2. Takut pacar akan menyakiti atau marah besar jika ditinggalkan
3. Tidak tahu gaya berpacaran yang sehat
4. Tidak bisa membedakan antara romantis dengan cemburu dan posesif
5. Tekanan teman sebaya yang mengharuskan anak punya pacar dan mempertahankan hubungan
6. Merasa kesepian, tidak dekat dengan keluarga
7. Merasa tidak percaya diri dan tidak berharga.
Apa yang bisa kita lakukan untuk anak kita? Yang sebaiknya dilakukan:
1. Katakan padanya bahwa kita khawatir dengan kondisinya
2. Tawarkan untuk menceritakan masalahnya dengan kita
3. Jadilah pendengar yang baik dan tanyakan bagaimana kita bisa membantu
4. Bersikap sabar, memahami, dan mendukung anak.
5. Katakana bukan dia yang salah, terima ceritanya dan rasa takut yang dialami.
6. Ajak anak untuk mencari bantuan (pihak sekolah, dokter, polisi, LSM, atau psikolog)
7. Cari informasi sebanyak-banyaknya tentang kekerasan dalam pacaran, dan tentang lembaga yang biasa melakukan pendampingan untuk korban kekerasan. Berikan informasi tersebut kepada anak.
8. Cermati perilaku anak.
Lalu ada beberapa yang harus dihindari dalam berkomunikasi dengan anak remaja tersebut:
1. Sikap menilai dan menyalahkan anak
2. Bersikap terburu-buru dan memaksa anak melakukan atau memutuskan sesuatu
3. Mengkritik anak
4. Berkonfrontasi langsung dengan pacar anak kita karena bisa membahayakan anak.
Anak remaja akan mudah menceritakan apa saja tentang hidupnya bila mereka bertemu dengan orang yang bisa dipercaya. Oleh karena itu, orangtua harus bisa menjadi orang yang dipercaya dan menjadi sahabat terdekat ketika mereka membutuhkan pertolongan.