"BEAUTY is pain" begitulah orang bijak pernah berkata, bahwa demi cantik wanita berani melewati rasa sakitnya. Berikut daftar 7 kesakitan yang akrab diderita wanita demi tampil cantik dan fashionable: 1. Rebonding Banyaknya zat kimia yang diaplikasikan pada rambut saat rebonding bisa berakibat rambut kering, rapuh, mudah patah, bercabang dan rontok. Proses rebonding yang tidak benar juga dapat menyebabkan kerusakan dan luka bakar pada kulit dan kulit kepala. Contohnya, rambut dapat rusak jika terlalu lama terpapar bahan kimia yang tersisa pada rambut, atau melakukan pelurusan rambut dengan alat pelurus/catok dengan suhu yang tidak tepat. Bahkan, mempertahankan rambut rebonding (halus, lurus dan bercahaya) berarti juga harus secara rutin melakukan rebonding, setidaknya setiap 6 bulan. Hal ini bisa menyebabkan resiko lebih lanjut, yakni kebotakan dini. Saat meluruskan rambut (rebonding) sebaiknya pilihlah salon yang terpercaya. Salon seperti ini biasanya memakai alat ceramics hair iron yang bersifat permanen dan tidak membuat rambut rusak. Hindari juga pelurusan rambut dilakukan dengan cara dipanaskan secara sembarangan. "Cheramics hair iron mengandung ion dan pelurusnya berupa catokan sejenis keramik yang tidak membuat rambut rusak," jelas Michael dari Wella Kosmetika. 2. Stiletto Sepatu berhak tinggi (stiletto) seringkali dianggap sebagai 'ankle killer' (pembunuh tumit, red). Ya, sebagian besar wanita memang bisa mengalami masalah serius pada kaki karena stiletto yang mereka kenakan tersebut. Stiletto yang dipakai terlalu lama dan terus menerus bisa menyebabkan problem kaki, seperti pergelangan kaki terkilir, tendonitis dan bahkan patah tulang kecil kaki. 3. Waxing Waxing dengan cara yang tidak benar dan cenderung brutal bisa menyebabkan komplikasi. Apalagi jika persiapan sebelum melakukan waxing dilakukan tidak sesuai dengan prosedur, bisa berakibat tumbuhnya rambut ke arah dalam. Mereka yang memiliki kulit sensitif mungkin juga mengalami reaksi alergi terhadap proses yang bisa sangat mengganggu. Untuk mempersiapkan sesi waxing, sangat penting untuk mencoba di area kecil terlebih dahulu dan tunggu beberapa hari untuk melihat kemungkinan terjadi reaksi yang tidak diinginkan. Pastikan juga Anda tidak alergi terhadap lilin yang digunakan. Dengan cara ini Anda tidak akan mengambil resiko sebagian besar tubuh Anda terpapar reaksi alergi. 4. Pedicure Penggunaan alat-alat pedicure yang tidak bersih bisa mengganggu kesehatan kaki, misalnya muncul infeksi jamur pada kaki. Kuku kaki menjadi kekuningan dan berubah menjadi putih pekat, bahkan terpisah dari jari-jari kaki. Stephen Mandy, dermatolog dari South Miami Beach, Florida menganjurkan untuk memotong kuku, dan memakai salep antijamur di atas kuku dan sekeliling kutikula. "Beri waktu selama 1-2 minggu. Jika tidak berhasil, maka berobatlah ke dokter," jelasnya. 5. Handbag Bagi perempuan bekerja, handbag adalah salah satu penemuan berharga dalam fashion. Apapun muat dalam tas besar tersebut, sehingga tak disadari Anda membawa beban berat itu di satu pundak saja. Tak disadari, handbag kesayangan pun memicu nyeri pada otot leher, bahu, dan punggung Anda. Professor Alan Hedge, spesialis ergonomics di Universitas Cornell, New York mengatakan masalah nyeri otot pada leher dan bahu ini tidak dialami perempuan sebelum abad 20, karena mereka membawa beban mereka di kepala atau di punggung. "Meletakkan beban hanya pada satu bahu bukan cara yang tepat. Kondisi ini menyebabkan ketidakseimbangan," ujarnya. Sementara, William Case, seorang terapis di sebuah klinik swasta di Houston, Texas menganjurkan, "Sebaiknya para produsen tas membuatkan caution tag tentang risiko nyeri otot leher dan bahu pada setiap tas produksi mereka". Ia juga memberikan tip postur tubuh yang benar ketika membawa handbag besar, yaitu kepala dan bahu diusahakan untuk selalu tegak lalu secara berkala merubah posisi tas dan mengurangi beban tas mereka. 6. Coloring hair Mewarnai rambut memang menjadi salah satu ritual mengasyikkan bagi sebagian wanita yang gemar keluar masuk salon untuk mempercantik penampilan. Namun, mewarnai rambut (coloring hair) bisa jadi masalah jika Anda kurang mengetahui tingkat sensitivitas kulit kepala. Apalagi pewarnaan rambut selalu menggunakan bahan yang kadang tercampur kimia (meskipun ada yang tidak) dan juga efek panas yang dihasilkan bahan tersebut. Tak ayal, coloring hair malah jadi cikal bakal rambut Anda rusak, rapuh dan rontok. Sebaiknya sebelum melakukan pewarnaan kulit, dilakukan tes kulit (patch test). Caranya, campurkan sedikit bahan pengeriting atau krim pewarna rambut yang sudah dipilih dengan sedikit hidrogen peroksida (H2O2). Lalu oleskan campuran itu pada bagian kecil lipatan siku atau belakang telinga yang sudah dibersihkan. Setelah 24 jam, lihat reaksinya apabila terjadi pembengkakan atau rasa panas pada bagian yang diolesi. Kalau tidak, tindakan pengecatan atau pengeritingan bisa dilakukan. Namun, menurut Michael Helmy, tes kulit seperti itu saat ini jarang dilakukan. Pasalnya, kebanyakan produk cat rambut yang cukup bagus masa kini sudah tidak lagi menggunakan bahan "keras" atau mineral (logam) seperti di tahun 1950 - 1960-an yang bisa mengakibatkan kebotakan. Cat rambut kala itu juga sebatas menghasilkan warna rambut hitam pekat tapi kusam. Kini, produk cat rambut kebanyakan menggunakan bahan-bahan dengan pigmen sintetis serta bahan tumbuhan alami seperti lidah buaya (Aloe vera L.), madu, jeruk, dll serta disesuaikan dengan iklim setempat. 7. Tanning Banyak orang mulai tertarik memiliki kulit coklat yang eksotik. Tak ayal, berkembang teknologi kecantikan, Tanning, yaitu berjemur secara instan di dalam 'Tanning Bed' yang diatur dengan suhu tertentu. Namun, penggunaan "Tanning bed" di dalam ruangan bisa meningkatkan risiko terserang melanoma, yaitu penyakit kanker kulit yang mematikan. "Tanning bed" adalah sejenis alat yang digunakan untuk membantu kulit seseorang menjadi kecoklatan, seperti berjemur di bawah panas matahari. Sejumlah peneliti Amerika Serikat (AS) mengatakan, orang yang menggunakan "tanning bed" jenis apapun selama beberapa waktu, 74 persen lebih mungkin terserang melanoma, dan penggunaan yang lebih sering menyebabkan 2,5 hingga tiga kali lebih mungkin menderita kanker kulit itu dibanding mereka yang tidak pernah menggunakannya.