Kamis, 01 November 2012

S3ks Bebas di Kalangan Remaja SMA


ANDA kepingin tahu tingkah remaja masa kini? Meski ini tidak mewakili seluruh remaja, namun bisa kita jadikan bahan renungan. Ternyata lima dari seratus pelajar setingkat SMA di Jakarta telah melakukan hubungan seks sebelum menikah.
Pola pacaran yang dilakukan antara lain mulai berciuman bibir, meraba-raba dada, menggesekkan alat kelamin (petting) hingga berhubungan seks. Perilaku seks pranikah itu pun erat kaitannya dengan penggunaan narkoba di kalangan para remaja. Tujuh dari 100 pelajar SMA pernah memakai narkoba.
Hal itu dikemukakan oleh Rita Damayanti saat menyampaikan hasil penelitiannya untuk meraih gelar doktor pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI), di Depok, Jawa Barat, Rabu (3/1).
Dia meneliti 8.941 pelajar dari 119 SMA dan yang sederajat di Jakarta.

Menurutnya, perilaku seks pranikah itu cenderung dilakukan karena pengaruh teman sebaya yang negatif. Apalagi bila remaja itu bertumbuh dan berkembang dalam lingkungan keluarga yang kurang sensitif terhadap remaja. Selain itu, lingkungan negatif juga akan membentuk remaja yang tidak punya proteksi terhadap perilaku orang-orang di sekelilingnya.
Bahkan, remaja yang merasa bebas dan tidak terkekang, ternyata lebih mudah jatuh pada perilaku antara, yaitu merokok dan alkohol. Ujung-ujungnya dari perilaku antara itu, pelajar akan berperilaku negatif seperti mengonsumsi narkoba dan melakukan seks pranikah.
Untuk menangani masalah tersebut, Rita menyarankan sekolah agar memberikan informasi yang intensif kepada siswanya tentang kesehatan reproduksi. Selain itu, kegiatan yang dilakukan remaja harus terus dipantau dan dibimbing orangtua. Remaja yang bertanggung jawab dan paham dengan tujuan hidupnya, juga bisa tergelincir pada pertemanan negatif.
“Back to basic, cintai anak-anak, beri perhatian yang cukup, dan penuhi kebutuhan psikologisnya. Pola asuh yang positif akan membentuk anak-anak menjadi lebih tangguh,” ucapnya.
Dalam penelitiannya, Damayanti menyebutkan berpacaran sebagai proses perkembangan kepribadian seorang remaja karena ketertarikan antarlawan jenis. Namun, dalam perkembangan budaya justru cenderung permisif terhadap gaya pacaran remaja. Akibatnya, para remaja cenderung melakukan hubungan seks pranikah.
Berdasarkan penelitiannya, perilaku remaja laki-laki dan perempuan hingga cium bibir masih sama. Akan tetapi, perilaku laki-laki menjadi lebih agresif dibandingkan remaja perempuan mulai dari tingkatan meraba dada. Seks pranikah yang dilakukan remaja laki-laki pun dua kali lebih banyak dibandingkan remaja perempuan.
Perilaku pacaran remaja SLTA di Jakarta:
Perilaku pola pacaran —- Perempuan —- Laki-Laki —- Total
………………………………………. (%) …………..(%) …. ………. (%)
Ngobrol, Curhat ———— 97,1 ——— 94,5 ——– 95,7
Pegangan tangan ———— 70,5 ——— 65,8 ——— 67,9
Berangkulan —————–49,8———- 48,3———-49,0
Berpelukan —————– 37,3 ———- 38,6 ——– 38,0
Berciuman pipi ————– 43,2 ———- 38,1 ——– 40,4
Berciuman bibir ————- 27,0 ———- 31,8 ——– 20,5
Meraba-raba dada ———– 5,8 ———- 20,3 ——– 13,5
Meraba alat kelamin ———- 3,1 ———- 10,9 ——— 7,2
Menggesek kelamin ———– 2,2———– 6,5 ——— 4,5
Melakukan seks oral ———- 1,8 ———– 4,5 ——— 3,3
Hubungan seks —————-1,8 ———– 4,3———- 3,2
** Hasil Penelitian Program Studi Doktor Ilmu Kesehatan Masyarakat, Rita Damayanti
Perilaku bergeser:
Menurut Siswanto A Wilopo, Deputi Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), saat ini telah terjadi pergeseran perilaku seksual di kalangan remaja. Tetapi karena ketidaktahuan mereka banyak pula tindakan yang mereka ambil membuat paramedis maupun orang tua terkejut.
Surya, staf Seksi Evaluasi Direktorat Kesehatan Reproduksi Remaja BKKBN juga mengatakan, dari data yang dihimpunnya banyak kaum remaja putri maupun putra mengalami infeksi di alat reproduksinya, bahkan menyebabkan kematian.
”Permasalahan utama kesehatan reproduksi remaja (KRR) di Indonesia, kurangnya informasi mengenai kesehatan reproduksi, masalah pergeseran perilaku seksual remaja, pelayanan kesehatan yang buruk serta perundang-undangan yang tidak mendukung,” ujar Surya..
Menurut data Kesehatan Reproduksi yang dihimpun Jaringan Epidemiologi Nasional (JEN, 2002), jelas Surya, informasi KRR secara benar dan bertanggung jawab masih sangat kurang. Pemberian informasi tentang KRR di beberapa tempat masih dipertentangkan, apalagi jika diberi judul pendidikan seksual.
”Masih terdapat anggapan, pendidikan seksual justru akan merangsang remaja melakukan hubungan seksual. Selain itu sebagian besar orang tua yang diharapkan dapat memberikan informasi mengenai hal ini, tidak memiliki kemampuan menerangkan serta tidak memiliki informasi memadai.”
Padahal, lanjutnya, survei yang dilakukan WHO (organisasi kesehatan dunia) di beberapa negara memperlihatkan, adanya informasi yang baik dan benar, dapat menurunkan permasalahan kesehatan reproduksi pada remaja.
Masalah yang dialami remaja tersebut sebetulnya tidak semata akibat pergeseran budaya atau pengaruh pergaulan. Kemajuan dalam perbaikan gizi di Indonesia juga ternyata menjadi pemicu pergeseran perilaku seksual di kalangan remaja.
Kasubdit Kesehatan Reproduksi Remaja BKKBN A Djabbar Lukman yang ditemui Media di ruang kerjanya mengakui peningkatan gizi saat ini mengakibatkan hormon seorang anak menjadi lebih cepat matang. Akibatnya seorang remaja putri akan lebih cepat mengalami menstruasi dan kematangan organ-organ reproduksi. Ini juga yang menyebabkan hasrat seksual mulai timbul pada usia relatif muda.
”Selain hormon, pengaruh lingkungan juga menjadi salah satu penyebab timbulnya pergeseran perilaku remaja. Globalisasi menyebabkan aksesibilitas remaja terhadap pornografi menjadi lebih mudah. Ribuan situs porno di internet serta media-media lain, seperti tabloid porno, komik hentai (komik porno Jepang) yang bertebaran di sekeliling remaja menjadi salah satu stimulan pergeseran perilaku para remaja saat ini,” tutur Djabbar.
Untuk itu, hingga saat ini pihaknya masih berusaha meng-counter serangan informasi bertubi-tubi. Salah satunya dengan menerbitkan buku mengenai kesehatan reproduksi remaja, menyampaikan berbagai informasi, salah satunya dengan meluncurkan alat ajar mengenai remaja dan berbagai permasalahannya termasuk kesehatan reproduksi dan narkoba.