Pagi ini aku sudah berada dalam pilihan yang sulit.
Ada
acara jalan-jalan ke Anyer dari organisasi daerahku, aku berada
diantara dua pilihan, ikut atau tidak. Jujur jika ditanya mau ikut
jalan-jalan atau tidak, dari lubuk hatiku yang paling dalam sangat ingin
untuk mengikutinya. Namun aku bukan ABG lagi yang harus menuruti semua
yang aku inginkan, apa lagi hal tersebut tidak ada kalitannya dengan
masa depan yang aku cita-citakan. Justru terkesan menghabiskan waktu.
Meski terkadang kita juga butuh refreshing di saat-saat tertentu.
Untuk
pembangkang sepertiku yang selalu ingin melawan dan hidup bebas,
pastinya harus melatih diri berulang kali untuk dapat menahan gejolak
keinginan yang selalu menggebu-gebu. Sangat tidak mudah mengatasinya.
Apalagi aku sangat menyukai travelling, OMG rasanya kepalaku mau meledak
hanya untuk memikirkan antara ikut atau tidak dan menahan diri agar
keinginan itu tidak meledak…hehehe :)
Biasanya
apapun yang aku mau harus dituruti, tapi ternyata tidak semua keinginan
itu harus dituruti, ada banyak pelajaran yang aku dapatkan dari tidak
mengikuti semua keinginan. Awalnya karena tekanan hidup, yang memaksaku
harus menahan berbagai macam keinginan dan kebiasaan yang tidak dapat
aku lakukan saat itu juga. Dari tekanan demi tekanan akhirnya aku
terbiasa untuk tidak menurutinya, dan ternyata menahan keinginan itu
bisa membuat kita menjadi lebih dewasa serta lebih mampu untuk berfikir
melingkar dengan mempertimbangkan baik buruk, untung rugi, manfaat,
resiko, solusi dan sebagainya. Yang akhirnya menahan itu membuatku
kembali bersyukur kepada Tuhan, betapa tekanan dan himpitan hidup yang
kita anggap menyiksa ternyata bermanfaat untuk proses pendewasaan hidup,
bahkan mungkin itu adalah salah satu rencana-Nya agar aku menjadi hamba
yang lebih baik.
Sekedar
berbagi cerita ini saja, mungkin terkesan sepele, tapi jika kita
renungkan kita sering mengalami kelabilan-kelabilan seperti cerita di
atas, ini hanya contoh kecil saja, yang semoga bisa bermanfaat, dan
dapat membuat kita bercermin, kebanyakan dari kita adalah bagian dari
pelaku cerita tersebut, mungkin dengan cerita yang berbeda dan dalam
waktu yang berbeda serta keadaan yang berbeda. Yang terpenting tetap
berfikir dan menggunakan akal dengan baik, dan mempertimbangkan
kausalitasnya secara melingkar.