Ngentot dengan Om Om ini
melanjutkan kisah sebelumnya : cerita ngentot ABG - cerita dewasa hot
tukar pasangan. Bagi agan yang belum membaca kisah sebelumnya, ada
baiknya dibaca dulu biar enak dan nyambung ceritanya.
Dimana dalam kisa sebelumnya disebut aktor utama dalam cerita ngentot ABG bertukar pasangan dengan pasangan temannya bernama Nuri (seorang pembantu). Nuri yang konon katanya memiliki Memek yang masih sempit dan memiliki kemampuan empotan yang dahsyat. Sementara Fifine ngentot sama Erick.Yuk ah, Kita lanjut!
Aku masuk kembali ke ruangan dimana Fifine ada di kamarmandi dan terdengar suara shower dikamar mandi meyala. Aku bisa mendengarnya karena pintu kamarmandi tidak ditutup. Tak lama kemudian, shower terdengar berhenti dan Fifinekeluar hanya mengenakan kancut dan tidak ber-bra. Ganti aku yg masuk ke kamar mandi, aku hanyamembersihkan tubuhku. Keluar dari kamar mandi, Fifine berbaring diranjang dengan bertelanjang dada.
Dimana dalam kisa sebelumnya disebut aktor utama dalam cerita ngentot ABG bertukar pasangan dengan pasangan temannya bernama Nuri (seorang pembantu). Nuri yang konon katanya memiliki Memek yang masih sempit dan memiliki kemampuan empotan yang dahsyat. Sementara Fifine ngentot sama Erick.Yuk ah, Kita lanjut!
Aku masuk kembali ke ruangan dimana Fifine ada di kamarmandi dan terdengar suara shower dikamar mandi meyala. Aku bisa mendengarnya karena pintu kamarmandi tidak ditutup. Tak lama kemudian, shower terdengar berhenti dan Fifinekeluar hanya mengenakan kancut dan tidak ber-bra. Ganti aku yg masuk ke kamar mandi, aku hanyamembersihkan tubuhku. Keluar dari kamar mandi, Fifine berbaring diranjang dengan bertelanjang dada.
“Kenapa Fin, lemes ya di Entot Erick”, kataku.“Lebih enak ngentot sama om, kontol om lebihbesar dan keras”, jawab Fifine seraya mengecup kontol ku yang memang sengaja kubiarkan terbuka.“Malem ini kita ngentot lagi ya om”. Hebat bangetFifine, gak ada matinya. Pengennya di Entot terus.“Ok aja, tapi sekarang kita cari makan dulu ya,biar ada tenaga ngentot lagi nanti malem sampe Fifinie pingsan”, candaku sambil berpakaian.
Fifine pun mengenakan pakaiannya
dan kita pergimencari makan malem. Kembali ke rumah sudah hampir tengah
malem, tadi kitaselain makan-makan juga dugem-an dulu.
Di kamar kita langsung melepas
pakaian masing-masing dan bergumul diranjang. Tangan Fifine bergerak
menggenggam kontol ku. Akumelenguh seraya menyebut namanya. Aku meringis
menahan remasan lembut tangannyapada kontol ku. Fifine mulai bergerak
turun naik menyusuri kontol ku yang sudahteramat keras. Sekali-sekali
ujung telunjuknya mengusap kepala kontol ku yangsudah licin oleh cairan
yang meleleh dari liangnya. Kembali aku melenguhmerasakan ngilu akibat
usapannya. Kocokannya semakin cepat.
Dengan lembut aku mulai
meremas-remas payudaranya.Tangan Fifine menggenggam kontol ku dengan
erat. Putingnya kupilin2. Fifinemasukan kontol ku kedalam mulutnya dan
mengulumnya. Aku terus menggerayang payudaranya,dan mulai menciumi
payudaranya. Napsuku semakin berkobar. Jilatan dan kuluman Fifinepada
kontol ku semakin mengganas sampai-sampai aku terengah-engah
merasakankelihaian permainan mulutnya.
Akumembalikkan
tubuhnya hingga berlawanan dengan posisi tubuhku. Kepalaku beradadi
bawahnya sementara kepalanya berada di bawahku. Kami sudah berada
dalamposisi enam sembilan! Lidahku menyentuh Memeknya dengan lembut.
Tubuhnyalangsung bereaksi dan tanpa sadar Fifine menjerit lirih.
Tubuhnya meliuk-liukmengikuti irama permainan lidahku di Memeknya. Kedua
pahanya mengempit kepalakuseolah ingin membenamkan wajahku ke dalam
Memeknya. kontol ku kemudian dikempitdengan payudaranya dan digerakkan
maju mundur, sebentar.
Aku menciumi bibir Memeknya,
mencoba membukanyadengan lidahku. Tanganku mengelus paha bagian dalam.
Fifine mendesis dan tanpasadar membuka kedua kakinya yang tadinya
merapat. Aku menempatkan diri diantara kedua kakinya yang terbuka lebar.
kontol kutempelkan pada bibir Memeknya.Kugesek-gesek, mulai dari atas
sampai ke bawah. Naik turun. Fifine merasa ngilubercampur geli dan
nikmat.
Memeknya yang sudah
banjir membuat gesekankusemakin lancar karena licin. Fifine
terengah-engah merasakannya. Aku sengajamelakukan itu. Apalagi saat
kepala kontol ku menggesek-gesek i tilnya yang jugasudah menegang.
“Om.?” panggilnya menghiba.“Ya Fin”, jawabku sambil tersenyum melihatnyatersiksa.“Cepetan..” jawabnya. Aku sengaja mengulur-ulurdengan hanya menggesek-gesekan kontol. Sementara Fifine benar-benar sudah taktahan lagi mengekang birahinya.“Fifine pengen banget ngentot om!”, katanya.
Fifine
melenguh merasakan desakan kontol ku yangbesar itu. Fifine menunggu
cukup lama gerakan kontol ku memasuki dirinya.Serasa tak sampai-sampai.
Maklum aja, selain besar, kontol ku juga panjang. Fifinesampai menahan
nafas saat kontol ku terasa mentok di dalam, seluruh kontol kuamblas di
dalam. Aku mulai menggerakkan pinggulnya pelan2. Satu, dua dan
tigaenjotan mulai berjalan lancar. Semakin membanjirnya cairan dalam
Memeknyamembuat kontol ku keluar masuk dengan lancarnya. Fifine
mengimbangi dengangerakan pinggulnya. Meliuk perlahan. Naik turun
mengikuti irama enjotanku.
Gerakan kami semakin lama
semakin meningkat cepatdan bertambah liar. Gerakanku sudah tidak
beraturan karena yang pentingenjotanku mencapai bagian-bagian peka di
Memeknya. Fifine bagaikan berada disurga merasakan kenikmatan yang luar
biasa ini. kontol ku menjejali penuhseluruh Memeknya, tak ada sedikitpun
ruang yang tersisa hingga gesekan kontolku sangat terasa di seluruh
dinding Memeknya. Fifine merintih, melenguh danmengerang merasakan semua
kenikmatan ini. Fifine mengakui keperkasaan dankelihaianku di atas
ranjang. Yang pasti Fifine merasakan kepuasan tak terhinggangentot
denganku.
Aku
bergerak semakin cepat. kontol kubertubi-tubi menusuk daerah-daerah
sensitivenya. Fifine meregang tak kuasamenahan napsuku, sementara aku
dengan gagahnya masih mengayunkan pinggulku naikturun, ke kiri dan ke
kanan. Erangannya semakin keras. Melihat reaksinya, akumempercepat
gerakanku. kontol ku yang besar dan panjang itu keluar masuk
dengancepatnya. Tubuhnya sudah basah bermandikan keringat. Aku pun
demikian. Fifinemeraih tubuhku untuk didekap. Direngkuhnya seluruh
tubuhku sehingga akumenindih tubuhnya dengan erat. Fifine membenamkan
wajahnya di samping bahuku.Pinggul nya diangkat tinggi-tinggi sementara
kedua tangannya menggapai pantatkudan menekannya kuat-kuat.
Fifine meregang. Tubuhnya
mengejang-ngejang.“OM!”, hanya itu yang bisa keluar dari mulutnya saking
dahsyatnya kenikmatanyang dialaminya nersamaku. Aku menciumi wajah dan
bibirnya. Fifine mendorongtubuhku hingga terlentang. Dia langsung
menindihku dan menciumi wajah, bibirdan sekujur tubuhku. Kembali
diemutnya kontol ku yang masih tegak itu. Lidahnyamenjilati, mulutnya
mengemut. Tangannya mengocok-ngocok kontol ku. Belum sempataku
mengucapkan sesuatu, Fifine langsung berjongkok dengan kedua kaki
bertumpupada lutut dan masing-masing berada di samping kiri dan kanan
tubuhku. Memeknyaberada persis di atas kontol ku. “Akh!” pekiknya
tertahan ketika kontol kudibimbingnya memasuki Memeknya.
Tubuhnya turun perlahan-lahan,
menelan seluruh kontolku. Selanjutnya Fifine bergerak seperti sedang
menunggang kuda. Tubuhnyamelonjak-lonjak. Pinggulnya bergerak turun
naik.
“Ouugghh.. Fin.., luar biasa!”
jeritku
merasakan hebatnya permainannya.Pinggulnya mengaduk-aduk lincah,
mengulek liar tanpa henti. Tangankumencengkeram kedua payudaranya,
kuremas dan dipilin-pilin. Aku lalu bangkitsetengah duduk. Wajah
kubenamkan ke dadanya. Menciumi putingnya. Kuhisapkuat-kuat sambil
kuremas-remas. Kami berdua saling berlomba memberi kepuasan.Kami tidak
lagi merasakan panasnya udara meski kamar menggunakan AC. Tubuh
kamibersimbah peluh, membuat tubuh kami jadi lengket satu sama lain.
Fifineberkutat mengaduk-aduk pinggulnya. Aku menggoyangkan pantatku.
Tusukan kontolku semakin cepat seiring dengan liukan pinggulnya yang tak
kalah cepatnya.
Permainan kami semakin meningkat
dahsyat. Spreiranjang sudah tak karuan bentuknya, selimut dan bantal
serta guling terlemparberserakan di lantai akibat pergulatan kami yang
bertambah liar dan takterkendali. Aku merasa pejuku udah mau nyembur.
Aku semakin bersemangat memacupinggulku untuk bergoyang. Tak selang
beberapa detik kemudian, Fifine punmerasakan desakan yang sama. Fifine
terus memacu sambil menjerit-jerithisteris. Aku mulai mengejang,
mengerang panjang. Tubuhnya menghentak-hentakliar. Akhirnya, pejuku
nyemprot begitu kuat dan banyak membanjiri Memeknya. Fifinepun rasanya
tidak kuat lagi menahan desakan dalam dirinya. Sambil
mendesakanpinggulnya kuat-kuat, Fifine berteriak panjang saat mencapai
puncak kenikmatanberbarengan denganku. Tubuh kami bergulingan di atas
ranjang sambil berpelukanerat.
“Om, Uenaaaaaakkkk!” jeritnya tak tertahankan.
Fifine
lemas terkulai dan tak bergerak, dengan begitu banyak cairan lendir
berwarna putih disekitar memeknya entah tertidur atau pingsan. Tenagaku
pun terkuras habis dalam pergulatan yang ternyata memakan waktu hampir
semalaman, dan kulihat waktu hampir menunjukan jam setengah 6 pagi.
Akhirnya akupun tertidur kelelahan dengan memeluk Fifine erat-erat dari
belakang.