Rabu, 03 Oktober 2012

Ngentot dengan Om Om

Ngentot dengan Om Om ini melanjutkan kisah sebelumnya : cerita ngentot ABG - cerita dewasa hot tukar pasangan. Bagi agan yang belum membaca kisah sebelumnya, ada baiknya dibaca dulu biar enak dan nyambung ceritanya.
Dimana dalam kisa sebelumnya disebut aktor utama dalam cerita ngentot ABG bertukar pasangan dengan pasangan temannya bernama Nuri (seorang pembantu). Nuri yang konon katanya memiliki Memek yang masih sempit dan memiliki kemampuan empotan yang dahsyat. Sementara Fifine ngentot sama Erick.Yuk ah, Kita lanjut!

Aku masuk kembali ke ruangan dimana Fifine ada di kamarmandi dan terdengar suara shower dikamar mandi meyala. Aku bisa mendengarnya karena pintu kamarmandi tidak ditutup. Tak lama kemudian, shower terdengar berhenti dan Fifinekeluar hanya mengenakan kancut dan tidak ber-bra. Ganti aku yg masuk ke kamar mandi, aku hanyamembersihkan tubuhku. Keluar dari kamar mandi, Fifine berbaring diranjang dengan bertelanjang dada.


“Kenapa Fin, lemes ya di Entot Erick”, kataku.
“Lebih enak ngentot sama om, kontol om lebihbesar dan keras”, jawab Fifine seraya mengecup kontol ku yang memang sengaja kubiarkan terbuka.
“Malem ini kita ngentot lagi ya om”. Hebat bangetFifine, gak ada matinya. Pengennya di Entot terus.
“Ok aja, tapi sekarang kita cari makan dulu ya,biar ada tenaga ngentot lagi nanti malem sampe Fifinie pingsan”, candaku sambil berpakaian. 

Fifine pun mengenakan pakaiannya dan kita pergimencari makan malem. Kembali ke rumah sudah hampir tengah malem, tadi kitaselain makan-makan juga dugem-an dulu.

Di kamar kita langsung melepas pakaian masing-masing dan bergumul diranjang. Tangan Fifine bergerak menggenggam kontol ku. Akumelenguh seraya menyebut namanya. Aku meringis menahan remasan lembut tangannyapada kontol ku. Fifine mulai bergerak turun naik menyusuri kontol ku yang sudahteramat keras. Sekali-sekali ujung telunjuknya mengusap kepala kontol ku yangsudah licin oleh cairan yang meleleh dari liangnya. Kembali aku melenguhmerasakan ngilu akibat usapannya. Kocokannya semakin cepat. 

Dengan lembut aku mulai meremas-remas payudaranya.Tangan Fifine menggenggam kontol ku dengan erat. Putingnya kupilin2. Fifinemasukan kontol ku kedalam mulutnya dan mengulumnya. Aku terus menggerayang payudaranya,dan mulai menciumi payudaranya. Napsuku semakin berkobar. Jilatan dan kuluman Fifinepada kontol ku semakin mengganas sampai-sampai aku terengah-engah merasakankelihaian permainan mulutnya.
Akumembalikkan tubuhnya hingga berlawanan dengan posisi tubuhku. Kepalaku beradadi bawahnya sementara kepalanya berada di bawahku. Kami sudah berada dalamposisi enam sembilan! Lidahku menyentuh Memeknya dengan lembut. Tubuhnyalangsung bereaksi dan tanpa sadar Fifine menjerit lirih. Tubuhnya meliuk-liukmengikuti irama permainan lidahku di Memeknya. Kedua pahanya mengempit kepalakuseolah ingin membenamkan wajahku ke dalam Memeknya. kontol ku kemudian dikempitdengan payudaranya dan digerakkan maju mundur, sebentar.

Aku menciumi bibir Memeknya, mencoba membukanyadengan lidahku. Tanganku mengelus paha bagian dalam. Fifine mendesis dan tanpasadar membuka kedua kakinya yang tadinya merapat. Aku menempatkan diri diantara kedua kakinya yang terbuka lebar. kontol kutempelkan pada bibir Memeknya.Kugesek-gesek, mulai dari atas sampai ke bawah. Naik turun. Fifine merasa ngilubercampur geli dan nikmat.
Memeknya yang sudah banjir membuat gesekankusemakin lancar karena licin. Fifine terengah-engah merasakannya. Aku sengajamelakukan itu. Apalagi saat kepala kontol ku menggesek-gesek i tilnya yang jugasudah menegang.
“Om.?” panggilnya menghiba.
“Ya Fin”, jawabku sambil tersenyum melihatnyatersiksa.
“Cepetan..” jawabnya. Aku sengaja mengulur-ulurdengan hanya menggesek-gesekan kontol. Sementara Fifine benar-benar sudah taktahan lagi mengekang birahinya. 
“Fifine pengen banget ngentot om!”, katanya.
Fifine melenguh merasakan desakan kontol ku yangbesar itu. Fifine menunggu cukup lama gerakan kontol ku memasuki dirinya.Serasa tak sampai-sampai. Maklum aja, selain besar, kontol ku juga panjang. Fifinesampai menahan nafas saat kontol ku terasa mentok di dalam, seluruh kontol kuamblas di dalam. Aku mulai menggerakkan pinggulnya pelan2. Satu, dua dan tigaenjotan mulai berjalan lancar. Semakin membanjirnya cairan dalam Memeknyamembuat kontol ku keluar masuk dengan lancarnya. Fifine mengimbangi dengangerakan pinggulnya. Meliuk perlahan. Naik turun mengikuti irama enjotanku. 

Gerakan kami semakin lama semakin meningkat cepatdan bertambah liar. Gerakanku sudah tidak beraturan karena yang pentingenjotanku mencapai bagian-bagian peka di Memeknya. Fifine bagaikan berada disurga merasakan kenikmatan yang luar biasa ini. kontol ku menjejali penuhseluruh Memeknya, tak ada sedikitpun ruang yang tersisa hingga gesekan kontolku sangat terasa di seluruh dinding Memeknya. Fifine merintih, melenguh danmengerang merasakan semua kenikmatan ini. Fifine mengakui keperkasaan dankelihaianku di atas ranjang. Yang pasti Fifine merasakan kepuasan tak terhinggangentot denganku.

Aku bergerak semakin cepat. kontol kubertubi-tubi menusuk daerah-daerah sensitivenya. Fifine meregang tak kuasamenahan napsuku, sementara aku dengan gagahnya masih mengayunkan pinggulku naikturun, ke kiri dan ke kanan. Erangannya semakin keras. Melihat reaksinya, akumempercepat gerakanku. kontol ku yang besar dan panjang itu keluar masuk dengancepatnya. Tubuhnya sudah basah bermandikan keringat. Aku pun demikian. Fifinemeraih tubuhku untuk didekap. Direngkuhnya seluruh tubuhku sehingga akumenindih tubuhnya dengan erat. Fifine membenamkan wajahnya di samping bahuku.Pinggul nya diangkat tinggi-tinggi sementara kedua tangannya menggapai pantatkudan menekannya kuat-kuat. 

Fifine meregang. Tubuhnya mengejang-ngejang.“OM!”, hanya itu yang bisa keluar dari mulutnya saking dahsyatnya kenikmatanyang dialaminya nersamaku. Aku menciumi wajah dan bibirnya. Fifine mendorongtubuhku hingga terlentang. Dia langsung menindihku dan menciumi wajah, bibirdan sekujur tubuhku. Kembali diemutnya kontol ku yang masih tegak itu. Lidahnyamenjilati, mulutnya mengemut. Tangannya mengocok-ngocok kontol ku. Belum sempataku mengucapkan sesuatu, Fifine langsung berjongkok dengan kedua kaki bertumpupada lutut dan masing-masing berada di samping kiri dan kanan tubuhku. Memeknyaberada persis di atas kontol ku. “Akh!” pekiknya tertahan ketika kontol kudibimbingnya memasuki Memeknya.

Tubuhnya turun perlahan-lahan, menelan seluruh kontolku. Selanjutnya Fifine bergerak seperti sedang menunggang kuda. Tubuhnyamelonjak-lonjak. Pinggulnya bergerak turun naik.
“Ouugghh.. Fin.., luar biasa!”
jeritku merasakan hebatnya permainannya.Pinggulnya mengaduk-aduk lincah, mengulek liar tanpa henti. Tangankumencengkeram kedua payudaranya, kuremas dan dipilin-pilin. Aku lalu bangkitsetengah duduk. Wajah kubenamkan ke dadanya. Menciumi putingnya. Kuhisapkuat-kuat sambil kuremas-remas. Kami berdua saling berlomba memberi kepuasan.Kami tidak lagi merasakan panasnya udara meski kamar menggunakan AC. Tubuh kamibersimbah peluh, membuat tubuh kami jadi lengket satu sama lain. Fifineberkutat mengaduk-aduk pinggulnya. Aku menggoyangkan pantatku. Tusukan kontolku semakin cepat seiring dengan liukan pinggulnya yang tak kalah cepatnya. 

Permainan kami semakin meningkat dahsyat. Spreiranjang sudah tak karuan bentuknya, selimut dan bantal serta guling terlemparberserakan di lantai akibat pergulatan kami yang bertambah liar dan takterkendali. Aku merasa pejuku udah mau nyembur. Aku semakin bersemangat memacupinggulku untuk bergoyang. Tak selang beberapa detik kemudian, Fifine punmerasakan desakan yang sama. Fifine terus memacu sambil menjerit-jerithisteris. Aku mulai mengejang, mengerang panjang. Tubuhnya menghentak-hentakliar. Akhirnya, pejuku nyemprot begitu kuat dan banyak membanjiri Memeknya. Fifinepun rasanya tidak kuat lagi menahan desakan dalam dirinya. Sambil mendesakanpinggulnya kuat-kuat, Fifine berteriak panjang saat mencapai puncak kenikmatanberbarengan denganku. Tubuh kami bergulingan di atas ranjang sambil berpelukanerat.
“Om, Uenaaaaaakkkk!” jeritnya tak tertahankan. 
Fifine lemas terkulai dan tak bergerak, dengan begitu banyak cairan lendir  berwarna putih disekitar memeknya entah tertidur atau pingsan. Tenagaku pun terkuras habis dalam pergulatan yang ternyata memakan waktu hampir semalaman, dan kulihat waktu hampir menunjukan jam setengah 6 pagi. Akhirnya akupun tertidur kelelahan dengan memeluk Fifine erat-erat dari belakang.