Seks dan Kencing manis
| Gangguan kencing manis – diabetes diketahui dapat mempengaruhi
kehidupan seks. Oleh sebab itu, para diabetesi perlu mempertimbangkan
efek aktivitas seksualnya, terutama terhadap kemungkinan turunnya kadar
gula darah setelah mereka berhubungan seks.
Tindakan yang biasanya disarankan untuk
dipertimbangkan oleh para penderita kencing manis atau diabetes seks
adalah memeriksakan kadar gula darahnya sebelum melakukan hubungan .
Pola makan yang tepat sebelum atau sesudah berhubungan intim juga cukup
bermanfaat, sama halnya kebiasaan itu disarankan juga setelah mereka
berolahraga.
Pada wanita, pengendalian diabetes
biasanya memperhitungkan siklus menstruasi mereka. Pilihan penggunaan
alat kontrasepsi juga harus disesuaikan dengan diabetes yang
dideritanya. Selain itu, kehamilan dan menopause juga akan menjadi
pertimbangan tersendiri dalam pengendalian gula darah tersebut.
Kondisi yang perlu dipahami oleh para
diabetesi adalah bila kadar gula darah dibiarkan tetap tinggi dalam
jangka waktu yang lama, maka aliran darah dan saraf ke organ-organ
seksual akan terganggu, yang akhirnya menyebabkan fungsi seksual juga
mudah terganggu.
Wanita penderita kencing manis –
diabetes biasanya akan bermasalah dalam pengendalian kandung kemih, yang
dikenal sebagai gangguan neuroqenic bladder. Untuk mencegah gangguan
tersebut, umumnya dokter akan menyarankan diabetesi wanita yang
mengalami gangguan itu untuk mengosongkan kandung kemihnya sebelum dan
sesudah berhubungan seksual. Pengosongan kandung kemih setelah
berhubungan seks diketahui akan membantu mencegah terjadinya infeksi
pada kandung kemih.
Selain itu, rusaknya saraf dan pembuluh
darah juga akan membuat perlendiran vagina menjadi berkurang sehingga
vagina tetap kering meskipun terjadi perangsangan seksual. Hal itu
mengakibatkan kegiatan seksual menjadi tidak nyaman.
Sedangkan pada diabetesi pria,
kekhawatiran utama akibat rusaknya saraf dan alirah darah ke organ
seksual adalah impotensi. Seiring dengan pertambahan usia, impotensi
memang merupakan ancaman nyata bagi pria normal maupun pria dengan
diabetes.
Impotensi umumnya menyerang pria dengan
usia lebih dari 50 tahun, sedangkan pria dengan diabetes memiliki risiko
yang lebih besar. Sekitar 50-60% pria dengan diabetes berusia lebih
dari 50 tahun terserang impotensi dengan tingkat yang berbeda-beda.
Impotensi disini artinya adalah
ketidakmampuan untuk memperoleh dan mempertahankan ereksi. Perlu
diketahui, pria dengan diabetes memiliki kemungkinan 10-15 tahun lebih
awal untuk mengalami gangguan ereksi dibandingkan pria tanpa diabetes.
Impotensi bisa disebabkan oleh gangguan
fisik maupun psikologis. Impotensi akibat gangguan psikologis biasanya
terjadi tiba-tiba, sedangkan impotensi karena gangguan fisik terjadi
secara perlahan-lahan. Pada pria dengan diabetes, umumnya gangguan itu
disebabkan oleh memburuknya saraf atau pembuluh darah ke organ seksual.