Aku cukup merinding, ketika mendengar
dan melihat berita tadi pagi di salah satu TV swasta nasional, tentang
‘Reproduksi si Remaja Putri’. Pertama, aku pikir berita tersebut
mengupas benar2 tentang reprodusi bagi remaja putri. Tetapi, ternyata
bukan tentang itu. Tetap tentang reproduksi wanita dan remaja putrid,
tetapi lebih kearah hubungan antara remaja putri dengan kehidupan
seksnya …..
Heh? Kehidupan seks remaja putri? Ga salah nih?
Sampai sekarangpun, bagi kita, orang tua
yang masih sedikit kuper dan ‘ketinggalan jaman’, aku tidak memikirkan
tentang kehidupan seks, apalagi kehidupan seks ala remaja ….. Buat aku,
itu agak ‘absurd’. Sangat tidak pada tempatnya. Tetapi, aku juga
mengerti, bahwa kehidupan remaja era globalisasi ini memang lebih cepat
mandiri, bukan hanya otak dan kepintarannya, tetapi juga dari tubuh dan
fisiknya! Fisik mereka memang besar, bongsor atau tinggi ramping, tetapi
mereka tetap remaja2 kita, yang belum pantas melakukan hubungan seks!
Menurut penyelusuran televisi itu,
remaja2 sekarang sudah tidak tabu lagi untuk bicara tentang hubungan
seks, bahkan sebagian dari mereka justru sudah pernah ( atau sering ? )
melakukan hubungan seks dengan pacarnya. Astaga ….. Pada waktu2 yang
lalu, pun aku pernah membaca tentang angket di kota2 Metropolitan di
Indonesia ( jika di luar Indonesia sih, aku tidak heran secara mereka
memang hidup di jaman globalisasi. Tetapi di Indonesia, walau memang
mereka ada di jama ini, tetapi seharusnya Indonesia lebih mementingkan
adat ‘ketimuran’nya ), bahwa memang banyak remaja2 sekolah sudah
melakukan hubungan seks, tanpa ragu dan malu!
Aku sih tidak mau membahas tentang itu,
tetapi lebih ingin membahas tentang, ‘Mengapa mereka bisa melakukan
hubungan seks, padahal belum waktunya?’
Dimulai dengan era atau jamannya
sekarang ini. Bahwa jaman globalisasi memang membuat semua bisa dicapai,
dalam 1 ‘klik’ saja, untuk membaca, melihat atau menonton ‘urusan
begituan’. Sudah banyak yang menuliskannya, bahkan di Kompasiana juga
banyak sekali menuliskan artikel tentang itu. Itu memang bagi remaja
yang bisa ber’internet ria’ ( atau ‘online’ ). Tetapi bagi remaja
‘offline’, ternyata bukan hanya internet saja yang ‘bermain’ dan menjadi
latar belakang hubungan seks remaja. Mereka, para remaja itu, memang
sedang banyak ‘mau tahu’ dan keingintahuannya memang sangat besar.
‘Curious’.
Ternyata juga, karena memang banyak remaja2 sekarang mulai genit dan berdandan ‘ala’ mama mereka ( lihat tulisanku Berdandan ‘ala’ Mama …..),
sehingga si remaja priapun, ‘kesengsem’ oleh penampilan para remaja
putrinya ….. Pernah aku melihat pasangan remaja ( palingan mereka murid
SMP, melihat penampilan fisik mereka ). Si remaja putri, berdandan
heboh, memakai barang2 bermerek bagus, sementara si remaja pria, tinggi
bongsor, tetapi wajahnya masih sangat ‘anak2′, dengan barang2 juga
bermerek. Mereka bukan hany berpegangan tnga saja, tetapi bermesraan!
Anak SMP bermesraan di sebuah mal. Itu pun tidak heran untuk kota
sekelas Jakarta. Tetapi, masak’ iya sih???
Ketika aku di luar Indonesia, sewaktu
aku bersekolah di sebuah kota metropolitan dan di sebuah negara besar,
aku tidak lah heran. Waktu itu tahun 1993, sebenarnya pun aku juga masih
seorang wanita muda dan belum menikah. Pun aku sudah tidak heran
melihat remaja2 tanggung di kota itu, bermesraan di taman, bahkan
berciuman, bukan hanya cium2 kecil, tetapi seperti di film2 itu, lhoooo
….. Aaahhh, dulu aku pasti berpaling jika mlihat adegan seperti itu,
walau aku tetap sudah lebih tua dari pada mereka2. Tetap saja aku
‘malu’. Itu yahun 1993 dan bukan di Indonesia.
Sekarang, di depan mataku, sering aku
melihat remaja2 tanggung, bermesraan, walau tidak sampai seperti yang
aku ceritakan diatas. Pun aku tetap tertegun. Jika aku dan anak2ku
berjalan2 di mal, dan kami melihat seperti itu, aku melirik ke mereka.
Ternyata, raut wajah mereka biasa2 saja, tuh! Tidak malu, dan masa bodoh
saja. Kupikir, mereka akan berceloteh, dengan menutup muka mereka.
Tetapi ternyata hanya aku yang malu melihatnya …..
Seks memang bukan berarti berhubungan
alat kelamin, walau itulah yang memang mau diulas oleh stasiun TV tadi
pagi. Tetapi untukku, berhubungan seks remaja adalah saling berinteraksi
antara remaja pria dan remaja putri, untuk mulai membina hubungan
dengan kasih, lebih menjurus ke arah pertemanan dan persahabatan. Tetapi
toh, mereka tidak mau seperti itu! Sehingga, memang hubungan seks
remaja, tetap sangat tidak pada tampatnya.
Berhubungan seks ala remaja seperti
penyelusuran TV itu, memang sangat mengakawatirkan. Tetapi justru dampak
hasil hubungan tersebut, membuat semua was-was! Penelusuran sudah
sampai tentang aborsi dan kematian! Bahwa banyak remaja putri yang
meninggal karena aborsi. Dan bagaimana dengan remaja prianya? Apakah
bisa menjadi ‘tertuduh?’. Sepertinya, tidak! Para remaja putra, ternyata
banyak yang pengecut, walau memang mereka ada di tengah2 permasalahan :
maju kena mundur kena juga! Tetapi, tetap saja remaja putri yang sangat
terkena dampaknya!
Globalisasi, mungkin bisa menjadi
‘motor’nya. Tetapi tetap saja, fisik mereka juga menjadi latar belakang
dalam berhubungan seks. Fisik mereka yang menggiurkan sampai otak mereka
yang sangat ingin tahu tentang apapun, menjadi awal penyebab masa depan
yang berantakan.
Lalu bagaimana menyikapinya? Tidak ada jalan lain, kecuali melingkupi
remaja2 tersebut dengan kasih sayang orang tua. Sangat terbukti, bahwa
kasih orang tua, tetap nomor 1, untuk mereka berlindung. Sekali lagi,
sebagai orang tua, kita jangan mengatakan TIDAK dan MELARANG, tetapi
menceritakan entang apapun dengan lemah lembut …… ‘Seks eduction?’ Itu
memang salah satu solusi, tetapi tetap kasih orang tua dan linkunganlah
yang bisa menyelamatkan mereka …..
Kasih orang tua, akan sangat bermakna, jika orang tua selalu bersahaja dalam tindak tanduknya sehari2 di mata anak2nya …..