(Terekomendasi)
Pacaran pertama ketika saya kuliah pada semester ketiga, buka karena
laki-laki tidak mau dengan saya. Bukan juga karena orang tua saya
melarangnya tetapi karena keinginan saya sendiri. Saya ingin sekolah
yang serius. Kalaupun pacaran saya hanya ingin merasakanya sekali seumur
hidup dan dia yang menjadi suami saya kelak. Walau kenyataan berkata
lain, saya menemukan kekasih yang lain dan menjadi pendamping hidup yang
benar-benar menerima saya apa adanya.
Bisa dikatakan saya tak punya banyak
pengalaman bagaimana caranya merayakann hari valentin dengan pacar.
Karena hari di tanggal 14 Februari adalah hari yang sama dan tidak
menjadi spesial buat saya. Mendengar cerita seorang sahabat yang
memiliki kekasih ia berkata bahwa saat hari valentin pacarnya
memintanya untuk mau berhubungan intim denganya. Alasanya adalah jika
teman saya itu benar-benar sayang dan mencintainnya maka ia harus
membuktikannya dengan mau menyerahkan keperawanannya. Ancaman yang aneh
menurut saya, beruntung teman saya lebih rela putus hubungan daripada
harus menyerahkan keperawanan padanya.
Lain lagi saat saya sudah bekerja
disalah satu perusaahaan, kebetulan saya kost didekat tempat kerja saya.
Karena saya tidak berani tidur sendiri maka saya meminta putri ibu
kost untuk mau menemani saya tidur. Putri ibu kost itu baru saja lulus
SMU dan ia tidak melanjutkan sekolahnya. Kebetulan ia juga bekerja di
perusahaan tempat saya bekerja, setiap malam kami sering bercerita.
Karena ia merasa dekat maka ia banyak bercerita masalah pribadinya dan
saya menganggapnya sebagai adik saya karena usianya yang masih muda.
Terlalu terbuka ia bercerita pada saya
sampai ia mengaku bahwa ia pernah melakukan hubungan intim dihari
valentin bersama pacarnya. Bukan main terkejutnya saya, saya hanya bisa
memberi nasehat padanya untuk tidak melakukanya lagi sebelum ia
benar-benar menikah dengan pasanganya. “Saya sempat bertanya kenapa mau
melakukanya?”, jawabanya sungguh buat saya miris. “Saya kan cinta
banget mbak dengan dia, saya takut dia tinggalkan”. katanya. ”Kamu tidak
takut hamil?” tanya saya lagi. “gak mikir sampai kesitu mbak.” ucapnya
Ingat kasus teman dan putri ibu kost
saya dahulu saya jadi mikir, dulu saja ada laki-laki yang mau meminta
keperawanan pacarnya duh apalagi sekarang. Membayangkannya saya jadi
ngeri sendiri, saya jadi ingat bagaimana warnet-warnet, tempat rekreasi
serta taman kota dijadikan tempat mesum bagi anak muda yang memiliki
pacar. Apakah di hari valentin dimanfaatkan untuk anak-anak muda dan
remaja untuk meminta pasanganya membuktikan cinta mereka dengan mau
menyerahkan keperawanan pasanganya. Terlalu mudahnya anak-anak muda
mengakses film-film porno di internet mungkin itu adalah salah satu yang
mendorong prilaku remaja putra dan putri di tanah air berlaku seperti
itu.
Jika hal ini terjadi apa yang telah
terjadi dengan kita para orangtua, salah kah kita mendidik putra-putri
kita atau salahkan pergaulan dan lingkungan mereka. Peran orangtua dan
anak kedua-duanya berpengaruh pada prilaku anak-anak kita. Terlalu
sibuk orang tua bekerja membuat tak punya waktu untuk memperhatikan
pubersitas anak, akibatnya anak mencari tahu sendiri tanpa bimbingan
orang tua. Setelah mereka tahu diam-diam mereka ingin mencobanya karena
sifat remaja yang selalu ingin tahu. Sementara itu jika orangtuanya
memiliki waktu, anak-anak kesulitan untuk berkomunikasi karena tidak
adanya kedekatan emosional antara orangtua dan anaknya. Bisa dibayangkan
jika ada masalah dengan anak mereka inginnya menyelesaikan sendiri.
Sementara “Keperawanan” bukan lagi hal yang sakral yang harus dijaga
sampai mereka menikah nantinya.
Semoga anak-anak remaja kita di
Indonesia mau mengatakan “tidak untuk berhubungan seks pranikah”. Tidak
ada satu orangpun yang bisa memaksa mereka untuk mau berhubungan seks.
Jika pacar berkata bahwa “kalau kamu cinta maka kamu mau melakukannya
untuk ku” sebaiknya jawablah kembali dengan perkataan ” Jika kamu benar
mencintaiku maka kamu mau menunggu” . Katakan itu pada pacar karena seks bukanlah satu-satunya yang bisa membuktikan bahwa kita benar sayang dan cinta dengan pasangan. Jangan biarkan ia mampu mempengaruhimu, jika kamu benar-benar berkata “Tidak untuk berhubungan seks pranikah” yakinlah dihari valentine bukanlah hari yang membuatmu suram kelak.