Anda yang telah menikah dan memiliki anak tentu
harus lebih berhati-hati menjadwalkan kegiatan bercinta. Mengingat
anak-anak yang masih tidur dalam satu kamar dengan orangtuanya, bisa
saja mendadak bangun dan melihat orangtuanya tengah memadu kasih.
Sebelum Anda bingung menjelaskan apa yang dilihat anak saat itu,
segeralah antisipasi hal tersebut sejak dini.
Dr Michael Borba, penulis buku "The Big Book of Parenting Solutions", mengungkapkan, anak-anak biasanya tidak pernah tahu tentang seks. Mereka bisa saja menafsirkan apa yang dilihatnya dengan konteks yang berbeda. "Tepatnya sejak usia 5 tahun, anak akan menafsirkan apa yang mereka lihat dengan cara yang berbeda."
"Bisa saja mereka bertanya apa yang dilakukan ayahnya pada ibu dan mereka menafsirkan suara dan gerakan yang ditangkap dengan cara berbeda. Mereka mungkin mengira ayahnya tengah melakukan tindak kekerasan kepada ibunya sehingga ia merasa ketakutan," imbuhnya.
Jika anak sudah terlanjur melihat, sebaiknya orangtua segera menanyakan kepada si anak, apakah ia merasa ketakutan atau tidak. Tanyakan tentang apa yang anak lihat menurut prasangka atau pikiran si anak. Apakah anak merasakan ketakutan atau tampak ada masalah?
"Mungkin anak tampak ketakutan dan berpikir ayah ibunya sedang berkelahi," kata Borba. Karena itu, segera dekap dan tenangkan si anak lalu ajaklah tidur lagi.
Tak dipungkiri, sebuah dilema bagi wanita yang kerap didera perasaan malas bercinta. Gairah seks menurun seiring kesibukan merawat buah hati yang masih balita. Mereka sering mengeluh bayinya tidak bisa tidur pulas di malam hari. Sementara, jadwal bercinta sudah seperti alarm yang berbunyi teratur.
Seperti dilansir dari Boldsky, menempatkan bayi di dalam boks bayi dipilih sebagai tradisi orang barat dengan tujuan mengajarkan bayi untuk mandiri sejak dini. Sebaliknya dalam tradisi Asia, bayi masih tidur di ranjang bersama orangtuanya. Keberadaan bayi yang tidur satu ranjang dengan orangtuanya inilah yang membuat orang tua tidak selalu bisa menikmati kehidupan intim yang sehat dengan bayi di tempat tidur mereka.
Sementara, menurut Sri Rahmawati, Psi, psikolog, membiasakan anak tidur sendiri membuat anak belajar mengembangkan privasinya. "Ini area privasiku. Semua yang ada di kamar ini adalah milikku, " tandasnya. Pelajaran itulah yang membuat anak kelak bisa menghargai privasi orang tuanya dan orang lain.
Namun, sudahkah orangtua merasa "aman" dengan privasi mereka? padahal anak yang tidur sendiri di kamarnya bisa saja terbangun, membuka pintu kamar orangtuanya, lalu melihat apa yang tidak boleh mereka lihat. Keintiman Anda.
Mengunci kamar tidur perlu dilakukan, tak hanya sekadar agar si kecil tidak mendadak masuk saat Anda dan pasangan tengah "sibuk". Susanna, 35 tahun, yang telah menikah 5 tahun dan memiliki dua orang putra-putri memiliki pendapatnya sendiri.
"Saya harus memastikan anak-anak tidur pulas sebelum saya dan suami meluangkan waktu intim berdua. Dan mengunci pintu kamar kami adalah pelajaran yang baik untuk mengajarkan pada anak-anak untuk mengetuk pintu jika ingin masuk," jelas Susanna.
Seks kilat
Bercinta seharusnya bukan sekedar rutinitas, apalagi sampai mengubah Anda jadi malas dan enggan. Pasalnya, si kecil kerap "mengganggu" kegiatan intim Anda dan pasangan dengan tangisnya. Pasangan yang sadar ingin terus menghidupkan gairah kehidupan seksualnya tentu akan sepakat bahwa seks kilat pun bisa menjadi solusi berarti.
Jika dulu Anda menghindari seks kilat karena dibutuhkan waktu dan fisik yang prima untuk melakukannya secara cepat. Kini, cobalah berlatih melakukannya dengan menganalisa waktu dan posisi yang tepat agar segera "turn on". "Lakukan meditasi, untuk mengembalikan diri Anda ke momen tersebut," saran Gilchrest O’Neill, seorang terapis seks.
Anda juga dapat mengganti waktu bercinta dengan seks kilat di pagi hari. Hal ini menjadi pertimbangan, karena saat malam Anda mungkin masih terlalu fokus dengan si kecil yang masih sering terbangun.
Lalu, bagaimana dengan pengalaman Anda?
Dr Michael Borba, penulis buku "The Big Book of Parenting Solutions", mengungkapkan, anak-anak biasanya tidak pernah tahu tentang seks. Mereka bisa saja menafsirkan apa yang dilihatnya dengan konteks yang berbeda. "Tepatnya sejak usia 5 tahun, anak akan menafsirkan apa yang mereka lihat dengan cara yang berbeda."
"Bisa saja mereka bertanya apa yang dilakukan ayahnya pada ibu dan mereka menafsirkan suara dan gerakan yang ditangkap dengan cara berbeda. Mereka mungkin mengira ayahnya tengah melakukan tindak kekerasan kepada ibunya sehingga ia merasa ketakutan," imbuhnya.
Jika anak sudah terlanjur melihat, sebaiknya orangtua segera menanyakan kepada si anak, apakah ia merasa ketakutan atau tidak. Tanyakan tentang apa yang anak lihat menurut prasangka atau pikiran si anak. Apakah anak merasakan ketakutan atau tampak ada masalah?
"Mungkin anak tampak ketakutan dan berpikir ayah ibunya sedang berkelahi," kata Borba. Karena itu, segera dekap dan tenangkan si anak lalu ajaklah tidur lagi.
Tak dipungkiri, sebuah dilema bagi wanita yang kerap didera perasaan malas bercinta. Gairah seks menurun seiring kesibukan merawat buah hati yang masih balita. Mereka sering mengeluh bayinya tidak bisa tidur pulas di malam hari. Sementara, jadwal bercinta sudah seperti alarm yang berbunyi teratur.
Seperti dilansir dari Boldsky, menempatkan bayi di dalam boks bayi dipilih sebagai tradisi orang barat dengan tujuan mengajarkan bayi untuk mandiri sejak dini. Sebaliknya dalam tradisi Asia, bayi masih tidur di ranjang bersama orangtuanya. Keberadaan bayi yang tidur satu ranjang dengan orangtuanya inilah yang membuat orang tua tidak selalu bisa menikmati kehidupan intim yang sehat dengan bayi di tempat tidur mereka.
Sementara, menurut Sri Rahmawati, Psi, psikolog, membiasakan anak tidur sendiri membuat anak belajar mengembangkan privasinya. "Ini area privasiku. Semua yang ada di kamar ini adalah milikku, " tandasnya. Pelajaran itulah yang membuat anak kelak bisa menghargai privasi orang tuanya dan orang lain.
Namun, sudahkah orangtua merasa "aman" dengan privasi mereka? padahal anak yang tidur sendiri di kamarnya bisa saja terbangun, membuka pintu kamar orangtuanya, lalu melihat apa yang tidak boleh mereka lihat. Keintiman Anda.
Mengunci kamar tidur perlu dilakukan, tak hanya sekadar agar si kecil tidak mendadak masuk saat Anda dan pasangan tengah "sibuk". Susanna, 35 tahun, yang telah menikah 5 tahun dan memiliki dua orang putra-putri memiliki pendapatnya sendiri.
"Saya harus memastikan anak-anak tidur pulas sebelum saya dan suami meluangkan waktu intim berdua. Dan mengunci pintu kamar kami adalah pelajaran yang baik untuk mengajarkan pada anak-anak untuk mengetuk pintu jika ingin masuk," jelas Susanna.
Seks kilat
Bercinta seharusnya bukan sekedar rutinitas, apalagi sampai mengubah Anda jadi malas dan enggan. Pasalnya, si kecil kerap "mengganggu" kegiatan intim Anda dan pasangan dengan tangisnya. Pasangan yang sadar ingin terus menghidupkan gairah kehidupan seksualnya tentu akan sepakat bahwa seks kilat pun bisa menjadi solusi berarti.
Jika dulu Anda menghindari seks kilat karena dibutuhkan waktu dan fisik yang prima untuk melakukannya secara cepat. Kini, cobalah berlatih melakukannya dengan menganalisa waktu dan posisi yang tepat agar segera "turn on". "Lakukan meditasi, untuk mengembalikan diri Anda ke momen tersebut," saran Gilchrest O’Neill, seorang terapis seks.
Anda juga dapat mengganti waktu bercinta dengan seks kilat di pagi hari. Hal ini menjadi pertimbangan, karena saat malam Anda mungkin masih terlalu fokus dengan si kecil yang masih sering terbangun.
Lalu, bagaimana dengan pengalaman Anda?