Senin, 29 Oktober 2012

Berfantasi Seks, Tak Berarti Selingkuh

image"Apa yang tengah Anda bayangkan saat memeluk tubuhnya saat intim berdua?" Jawabannya tak harus jujur, karena sebuah fantasi seks tak perlu harus dibagi. Namun, dalam fantasi itu ternyata terbayang pria lain yang mendekap tubuh Anda. Lalu, apakah itu bisa disebut selingkuh hati?
Padahal, siapa yang bisa menolak sebuah perpaduan sempurna, tubuh kekar Ryan Renold, tatapan mata Ryan Gosling dan bibir seksi milik Brad Pitt, yang sanggup membuat Anda terbang ke langit ke tujuh. Sementara, pasangan Anda diam-diam berfantasi tentang Olla Ramlan atau Ririn Marinka yang sangat sensual itu.

Berdasarkan hasil survei yang pernah dilakukan, 28% wanita dan 23% pria mengatakan, mengingat bayang orang lain saat bercinta dengan pasangan masuk ke dalam kategori selingkuh hati. Lantas, apakah ini berarti kehidupan seksual Anda dan pasangan sudah tak lagi sehat?
Beberapa orang pernah dibelit cemas karena fantasi seksualnya terbilang aneh dan hal tersebut berpotensi menyakiti hati pasangannya. Ujung-ujungnya, fantasi aneh tersebut lantas dianggap sebagai indikasi ada yang salah dalam hubungan atau kehidupan seksual yang kurang harmonis.
Zoya Amirin, konsultan seks mengatakan, tak ada yang salah dengan fantasi seks. Otak sebagai pemicu fantasi pada dasarnya merupakan organ seks yang paling penting. Otak memberitahu tubuh saat mereka terangsang atau saat menginginkan sesuatu yang sedikit berbeda. Jadi, berfantasi adalah hal yang wajar.
Hal tersebut dikuatkan oleh pendapat Dr Morrisey, seksolog sekaligus konsultan dan peneliti seks. Morrisey berpendapat, fantasi tinggal di alam imajinasi sebagai bahan bakar yang membantu meningkatkan gairah seksual dan kesenangan.
Personal
Fantasi bersifat personal hingga tak banyak orang yang mau membaginya, pada pasangan sekalipun. Hal inilah yang lantas menerbitkan rasa penasaran "Apakah ia selalu berpikir tentang seseorang yang tinggal dalam fantasinya saat ia sedang bersamaku?"
Dr Morrisey membenarkan, "Fantasi seringkali hanya berfungsi untuk kesenangan diri sesaat." Pun, sebenarnya merupakan penyaluran hasrat yang sehat, asal jangan sampai terjebak pada fantasi semu, sehingga tidak bisa mengendalikannya dan berujung menyakiti hati pasangan.
Sementara, bagi pasangan yang terbuka pada kehidupan seksual yang sehat, tentu boleh membagi fantasi terliar mereka lewat cerita erotis bersama atau saling menceritakan fantasinya saat melakukan foreplay.
Seperti ditegaskan Dr Morrisey, keberadaan fantasi dalam alam pikir, bukan berarti sebuah tanda ada sesuatu yang salah atau kurang. Pasalnya, banyak pasangan yang saling menceritakan fantasinya, justru terbantu menjadi lebih intim.
"Aku orangnya cukup terbuka dan agak ngga tahu malu, jadi kuceritakan saja fantasiku ke dia. Ngga nyangka, responnya wow banget dan dia pengen mewujudkannya, ga sekedar fantasi. Jadilah kita sama-sama belajar dari fantasi yang kita bagi ini," ujar Meta, 26 tahun, reporter.
Perlu diingat, fantasi seksual yang tidak lazim terkadang agak sulit diterima oleh pemikiran pasangan, dan bisa membuatnya tidak nyaman. "Terserah pada Anda, apakah fantasi itu ingin dibagi kepada pasangan atau tidak, semua tergantung pada jenis hubungan yang dijalani," jelas Morrisey.
Ya, seperti halnya sebuah cerita hidup, ada yang ingin dibagi dan ada yang cukup disimpan, semuanya terserah kepada Anda yang menjalani.