Temanku SMA, juga sekolah kami duduk
di kelas 2 SMA ( walau tidak 1 sekolah ), suatu malam aku dikejutkan
dengan telpon tengah malam buta. Temanku, sebut saja namanya Tisha,
nangis2 dan minta bertemu dengaku. Aku katakana, sudah tengah malam,
bagaimana mau bertemu? Pun ku tidak bisa kemana2 juga dia tidak bisa ke
rumahku, karena rumah kami berjauhan. Akhirnya, dia mengalah, dan besok
sepagi mungkin dia akan menemuiku untuk berbicara …..
Waktu itu memang sedang libur. Sekitar
jam 7 pagi, Tisha datang dan mengajak aku ke suatu tempat untuk
membicarakan permasalahannya. Aku pergi bersamanya, setelah aku pamit
kepada orang tuaku. Tisha memang orang kaya, dia mendapat fasilitas
mobil pribadi untuk dikendarai tanpa supir, sewaktu dia sudah mempunyai
SIM. Dia sih tidak sombong, tapi aku yang sering lebih tahu diri, untuk
tidak minta bermain dengannya …..
Tisha mengajaknya pulang kerumanya,
karena rumahnya memang besar di Pondok Indah, dan orang tuanya sedang e
luar negeri mengatur bisnis mereka. Aku memang nyama jika diajak
ketempatnya, karena banyak hewan2 pelirahaan, seperti belasan anjing dan
kucing. Tetapi karena fokusnya adalah aku mendengarkan keluhan Tisha,
aku ‘melengos’ saja, ketika anak2 anjingnya ‘bergelut’ di kakiku ……
iiiihhh, gemes nya …..
Kami masuk ke dalam kamar pribadinya.
Kamarnya besar sekali, seperti kamar putri, dengan fasilitas yang mewah.
Tisha bisa hidup jika hanya tingal di kamarnya, ada pantry dengan
makanan lengkap, bahkan ada kolam renang pribadinya ….. hmmmmm …..,
kapan ya, aku bisa mempunyai kehidupan seperti ini? Perlahan, mimpiku
mulai terbentuk untuk membangun rumah seperti yang aku idamkan …..
Tiba2 Tisha menangis dengan menutup tangnnya dengan bantalnya. Aku bingung, apa yang terjadi? Aku memeluknya dari belakang,
“Ada apa, Tisha? Apa yang terjadi? Aku sudah disini, ceritalah ….. aku akan mendengarkan …..”
Tisha menubrukku keras, dan banjir air mata itupun berpindah di bahuku …..
Sesenggukkan dia bercerita, dan aku
hampir tidak mengerti apa yang diceritakan padaku. Tetapi ketika dia
mengatakan bahwa ‘mensnya terlambat’, aku segera sadar, bahwa
kemungkinan dia melakukan hubungan yang tidak ’sehat’ …..
Aku lebih tertegun lagi, ketika
‘pacarnya’ sudah kabur tunggang langgang ….. ckckckck, aku geleng2
kepala. Jadi Tisha haidnya sudah 2 bulan tidak datang, dan pacarnya
kabur entah kemana. Orang tua Tisha sebentar lagi akan pulang, dan
bagaimana Tisha akan mempertanggungjawabkan kebuatannya? Padahal, dia (
juga aku ) masih duduk di kelas 2 SMA, sebuah umur yang masih sangat
muda untuk mempertanggungjawabkan jika memang Tisha hamil …..
Hhhhhhh ….., aku jadi pusing juga. Walau
Tisha tidak terllu dekat denganku, tetapi menurutku Tisha seorang yang
sangat baik. Lalu mengapa dia melakukan apa yang seharusnya dia belum
boleh dilakukannya? Heran deh ….. Aku tidak mau banyak bertanya. Dia
masih nangis di bahuku,sementara aku memeluknya, sambil aku berpikir,
apa yang aku katakana untuknya, secara aku juga masih di umur yang sama
untuk bisa berpikir yang lebih baik.
Aku menerawang melihat kehidupan kami
yang bertolak belakang, tetapi kami bisa tetap berteman baik. Aku
dilahirkan sebagai anak dari orang tua yang biasa2 saja, tetapi mereka
sangat mengasihiku, mereka tidak memanjakan aku, tetapi mereka
mengasihiku dengan sederhana serta kasih mudah aku mengerti. Tetapi
Tisha dilahirkan dari orang tua yang berglimang kekayaan dan kasih
sayang orang tuanya mencekokinya dengan fasilitas2 yang mewah, sehingga
dia tidak mengerti tentang kasih yang hakiki, sebagai orang tua kepada
anaknya …..
Tisha tidak nakal, seperti aku, kami
termasuk remaja yang sangat ‘naif’. Tetapi karena pendidikan yang
diberikan oleh orang tuaku dalam nama Tuhan, aku tetap bisa menjaga
diriku, termasuk tidak pernah banyak berteman. Dan Tisha malah
sebaliknya. Temannya banyak, walau aku tidak terlalu yakin bahwa
teman2nya hanya mencari fasilitas2 yang dia punya, dibandingkan sebagai
teman sejatinya. Walau dia banyak teman, aku tahu, Tisha sangat kesepian
ditengah keramaian …..
Sehari2an dia hanya ’sendiri’, tanpa
orang tua yang menemani. Teman2nya hanya mengajaknya bersenang2. Dan itu
membuat seorang remaja pria ‘masuk’ dalam hatinya, berpura2 mau
mengerti dengan keadaannya tetapi justru membuat masa depannya
berantakan …… Salah siapa???
Cerita diatas adalah cerita klasik,
seperti cerita Cinderella. Ini bukan cerita kayalan. Mungkin Tisha
mengangankan untuk mendapat seorang pangeran yang baik hati dan yang mau
mengerti keadaanya. Tetapi, seorang pangeran yang 100% sempurna hanya
ada di dalam dongeng, buka kenyataan. Dan orang tuanya, mungkin dulu
hanya memberikan dongeng seperti itu, tanpa bercerita tentang kehidupan
yang akan dijalaninya di masa depan.
‘Pacar’ Tisha kabur, lalu apa yang Tisha
akan lakukan? Sebagai teman yang seumuran dengannya dan yang belum
‘makan asam garam’, aku hanya berkata,
“Bicaralah kepada orang tuamu,
Tisha. Karena hanya merekalah tempat kamu berlindung. Dan sekarang,
berdoalah, supaya hatimu tenang ……”
Aku diantar Tisha kembali ke rumahku.
Dan aku langsung berdoa untuknya. Setelah itu, aku tidak mendapat kabar
apa2 lagi darinya, dan beberapa bulan lalu, dia ‘invite’ aku di FB. Aku
menerimanya dan melihat keluarganya. Dia tinggal di Amerika. Aku belum
berkomunikasi dengannya, tetapi terlihat di fotonya, wajah cantiknya
bahagia ….. Puji Tuhan …..
Itu adalah akhir tahun 1980-an. Itu adalah jaman ‘kuda gigit besi’, kata anak2ku. Tetapi
itu juga kenyataan, bahwa hubungan seks tanpa pernikahan di banyak
remaja, menjadikan duka yang berkepandangan di masa depan. Seks bukan
untuk remaja. Seks adalah sebuah hubungan yang sakral dalam Tuhan, yang
belum boleh dinikmati oleh remaja2 kita dan banyak orang yang belum
terikat pernikahan.
Tetapi ternyata, seks memang merupakan
masalah klasik. Bukan hanya remaja2 yang mulai ‘merasakan’ ingin
melakukan itu, tetapi juga banyak orang2 dewasa yang tidak terikat
pernikahan, mencari dan berhubungan seks, tanpa peduli tentang pasangan
yang memang berhak dalam ikatan pernikahan.
Jika seks sekarang ( katanya
) melanda remaja2 kita karena adalah internet, ternyata tidak demikian.
Sejak dulu, seks memang merupakan masalah klasik, dan tanpa
internetpun, virus seks tanpa pernikahan sudah menyerbu remaja2 kita, di
kota2 besar bahkan pun di pedesaan yang mungkin malah putus sekolah,
karena adanya ‘kesendirian’ dan keputus-asa an …..
Bagi remaja kita, sebagai orang tua, kasih
sayang kita bisa meredam keinginan para remaja itu, untuk bisa
berinteraksi dengan banyak orang dengan positif. Berusaha menanamkan
masa depan yang positif bagi mereka, dan terus berdoa, agar Tuhan
memberikan banyak petunjuk untuk mereka. Dengan kasih dan selalu
mengajarkan remaja kita untuk berdoa, akan membuat mereka ‘terlepas’
dari sebuah virus yang disebut ’seks’, sesuatu yang belum boleh
dilakukan oleh para remaja ……