Men are from Mars, Women are from venus. Keduanya
terlahir dari perbedaan yang begitu jauh, seperti langit dan bumi. Pun
sikap dan pemikiran keduanya. Wanita memandang pria sebagai sosok aneh
nan misterius, sementara pria mengganggap wanita sangat rumit.
"Kenapa sih, mereka tidak bisa bersikap sesimpel pria. Semua dipikirkan, semua minta dijelaskan secara detail," ungkap Reno, 20 tahun, mahasiswa. Wanita pun tak mau kalah berargumen, "aku ngga ngerti kenapa dia selalu terlihat misterius. Bagus sih, dia tetap menjaga ketegarannya meski diterpa masalah, tapi aku kan juga ngga bisa menebak apa maunya, kalo dia ngga pernah cerita ke aku," jelas Tyas, 25 tahun, finance staff.
'Menaklukkan' pria sebenarnya mudah, jika Anda terlebih dulu mau mempelajari peta pemikirannya, dan bagaimana membuat hatinya tersentuh. Saat didera masalah, pria sebenarnya lebih nyaman diam dan pilih menghindar. Pahami saja saat dia ingin diam dan sendiri, dan tak perlu mencecarnya dengan banyak pertanyaan, "kamu kenapa sih, kok diem aja."
"Saya sebel kalau dia udah mulai ngoceh ga jelas, mirip radio rusak. Padahal saya lagi pengen diem, sementara ada banyak benang kusut di kepala yang harus diurai," ungkap Bejo, 32 tahun, technical engineer.
Ya, pastinya ada saat di mana Anda dan pasangan meminta hak untuk didengar, dimengerti dan dipahami. Katakan saja apa yang ingin Anda sampaikan. Apalagi jika itu menyangkut prinsip dan pembicaraan sensitif.
Pilih waktu yang tepat, terlepas dari emosi dan amarah lalu duduk bersama membicarakannya adalah lebih bijak. Intinya, marilah berkomunikasi dengan baik. "Mauku ini, apa maumu"
Jangan pernah menutupi hal apapun, mengingat kaum hawa cenderung pintar menyembunyikan perasaan. Di permukaan mengatakan "ya", padahal jauh di dalam hati berkata "tidak".
Saat melihat ada yang tak beres dengan hubungan Anda dan pasangan, aksi "diam" saja juga bukan sikap yang dibenarkan. Seperti pengalaman Kevin, 28 tahun, yang mendapati kekasihnya memutuskan sepihak hubungan mereka yang sudah berjalan 5 tahun.
"Diamnya dia selama ini ternyata telah menciptakan monster mengerikan. Saya pikir dia selalu setuju dengan sikap dan pemikiran saya, tapi ternyata tidak. Diamnya adalah penolakan," ungkapnya.
Menjalin hubungan yang berjalan di atas pondasi kepercayaan dan keterbukaan, diperlukan kesediaan dan keikhlasan untuk mau melakukan perubahan ke arah positif. Tak hanya Anda, tapi proses itu harus dijalani sama-sama. Bukan dengan diam, sementara di belakang punggungnya Anda berteriak menolak.
Mulailah belajar menyatukan yang tak sama menjadi indah, bukan mencari pembenaran dan kesalahan di masing-masing pihak. Semuanya tentu bukan secepat menyajikan makanan cepat saji alias instan. Diperlukan waktu dan usaha maksimal. Percayalah, menanamkan pemahaman kepadanya secara berkala, akan membuat pria mau membuka diri terhadap perubahan.
Pasalnya, pria lebih senang menutup diri dan bersembunyi di dalam ruangnya saat ia bermasalah. Di sinilah dibutuhkan peran wanita untuk mau belajar mengungkapkan perasaan kepadanya dengan tulus dan hangat, disertai empati sebagai bentuk kepedulian.
"Awalnya sebel juga, berkali-kali diberi pemahaman, dia ngga juga mau mengerti. Tapi saat disertai alasan dan ungkapan terdalam tentang keinginanku untuk membuatnya bersikap lebih baik, akhirnya dia mau mengerti. Beruntungnya, kami mau sama-sama belajar," ungkap Widya, 29 tahun, ibu rumah tangga.
So, ladies, masih bingung menyingkap teka-teki misterius pria?
"Kenapa sih, mereka tidak bisa bersikap sesimpel pria. Semua dipikirkan, semua minta dijelaskan secara detail," ungkap Reno, 20 tahun, mahasiswa. Wanita pun tak mau kalah berargumen, "aku ngga ngerti kenapa dia selalu terlihat misterius. Bagus sih, dia tetap menjaga ketegarannya meski diterpa masalah, tapi aku kan juga ngga bisa menebak apa maunya, kalo dia ngga pernah cerita ke aku," jelas Tyas, 25 tahun, finance staff.
'Menaklukkan' pria sebenarnya mudah, jika Anda terlebih dulu mau mempelajari peta pemikirannya, dan bagaimana membuat hatinya tersentuh. Saat didera masalah, pria sebenarnya lebih nyaman diam dan pilih menghindar. Pahami saja saat dia ingin diam dan sendiri, dan tak perlu mencecarnya dengan banyak pertanyaan, "kamu kenapa sih, kok diem aja."
"Saya sebel kalau dia udah mulai ngoceh ga jelas, mirip radio rusak. Padahal saya lagi pengen diem, sementara ada banyak benang kusut di kepala yang harus diurai," ungkap Bejo, 32 tahun, technical engineer.
Ya, pastinya ada saat di mana Anda dan pasangan meminta hak untuk didengar, dimengerti dan dipahami. Katakan saja apa yang ingin Anda sampaikan. Apalagi jika itu menyangkut prinsip dan pembicaraan sensitif.
Pilih waktu yang tepat, terlepas dari emosi dan amarah lalu duduk bersama membicarakannya adalah lebih bijak. Intinya, marilah berkomunikasi dengan baik. "Mauku ini, apa maumu"
Jangan pernah menutupi hal apapun, mengingat kaum hawa cenderung pintar menyembunyikan perasaan. Di permukaan mengatakan "ya", padahal jauh di dalam hati berkata "tidak".
Saat melihat ada yang tak beres dengan hubungan Anda dan pasangan, aksi "diam" saja juga bukan sikap yang dibenarkan. Seperti pengalaman Kevin, 28 tahun, yang mendapati kekasihnya memutuskan sepihak hubungan mereka yang sudah berjalan 5 tahun.
"Diamnya dia selama ini ternyata telah menciptakan monster mengerikan. Saya pikir dia selalu setuju dengan sikap dan pemikiran saya, tapi ternyata tidak. Diamnya adalah penolakan," ungkapnya.
Menjalin hubungan yang berjalan di atas pondasi kepercayaan dan keterbukaan, diperlukan kesediaan dan keikhlasan untuk mau melakukan perubahan ke arah positif. Tak hanya Anda, tapi proses itu harus dijalani sama-sama. Bukan dengan diam, sementara di belakang punggungnya Anda berteriak menolak.
Mulailah belajar menyatukan yang tak sama menjadi indah, bukan mencari pembenaran dan kesalahan di masing-masing pihak. Semuanya tentu bukan secepat menyajikan makanan cepat saji alias instan. Diperlukan waktu dan usaha maksimal. Percayalah, menanamkan pemahaman kepadanya secara berkala, akan membuat pria mau membuka diri terhadap perubahan.
Pasalnya, pria lebih senang menutup diri dan bersembunyi di dalam ruangnya saat ia bermasalah. Di sinilah dibutuhkan peran wanita untuk mau belajar mengungkapkan perasaan kepadanya dengan tulus dan hangat, disertai empati sebagai bentuk kepedulian.
"Awalnya sebel juga, berkali-kali diberi pemahaman, dia ngga juga mau mengerti. Tapi saat disertai alasan dan ungkapan terdalam tentang keinginanku untuk membuatnya bersikap lebih baik, akhirnya dia mau mengerti. Beruntungnya, kami mau sama-sama belajar," ungkap Widya, 29 tahun, ibu rumah tangga.
So, ladies, masih bingung menyingkap teka-teki misterius pria?